Nama : Julia Setiawati Wahyuningsih
NIM : 13/353905/PN/13515
Kimia Biokimia Hasil Perikanan
KITOSAN
A. Pengertian Kitosan
Kitosan
merupakan polimer kationik karena
memiliki gugus amina yang terprotonasi menjadi amonium pada kondisi
asam. Kitosan memiliki sifat
biokompatibel dan biodegradabel sehingga menjadi pilihan yang baik dalam preparasi nanopartikel
(Tiyaboonchai, 2003). Kitosan merupakan polimer dengan nama kimia
2-amino-2-deoksi-D-glukosa, mengandung gugus amino bebas dalam rantai karbonnya
yang banyak memberikan kegunaan bagi kitosan (Knorr,1982). Kitosan berasal dari
kerang-kerangan, dan sering dianggap sebagai penghambat penyerapan lemak. Bahkan
kitosan sering menimbulkan efek samping seperti sembelit dan banyak gas pada
perut (Ramayulis dan Lesmana, 2008). Jika kitosan terkena asam lambung, senyawa
tersebut akan berubah menjadi semacam gel yang dapat mengikat kolesterol dan
lemak yang berasal dari makanan (Anggarani dan Subakti, 2011). Kitosan pada
kondisi asam akan bermuatan positif dan dapat membentuk kompleks polielektrolit
dengan senyawa yang memiliki muatan negatif (Muzzarelli, 1996).
Kitosan adalah serat yang tidak
diabsorpsi sehingga bila lemak terikat dengannya akan menjadi senyawa yang
tidak terabsorpsi pula. Hasil penelitian in-vivo pada hewan percobaan
menunjukkan, hewan yang diberi makanan mengandung kitosan mampu mengekskresi lemak
kotorannya sehingga 5-10 kali serat lain. Untuk meningkatkan efektivitas
pengikat lemak, kapsul kitosan dicampur dengan asam sitrat, vitamin C (asam
askorbat), dan indol. Penambahan asam askorbat meningkatkan jumlah lemak yang
hilang sebagai feses, 87% dan menurunkan penyerapan lemak oleh tubuh hingga
50%.
Kanauchi
dkk. (1994) melaporkan bahwa pemberian kitosan yang dicampur dengan asam
askorbat pada diet tikus meningkatkan besarnya ekskresi lemak pada feses. Hal
ini berarti pemberian kitosan dan asam askorbat dapat menurunkan serapan lemak
pada sistem pencernaan tikus dari diet yang diberikan.
B.
Karakteristik
Kitosan
Karakteristik fisiko-kimia kitosan
berwarna putih dan berbentuk Kristal, dapat larut dalam larutan asam organik
seperti asam asetat, tetapi tidak larut dalam pelarut organik lainnya. Dalam
hal lain, sifat fisika-kimia larutan kitosan, (pH, kerapatan, tegangan
permukaan, viskositas, dan konduktifitasnya), dipengaruhi oleh berat molekul
kitosan terlarut, (Khan dan Kok Khiang Peh, 2001). Berat molekul rata-rata
rantai kitosan adalah antara 70.000 – 2.000.000, dan bila ukuran rantai polimer
kitosan bertambah kecil, laju gerakan translasinya menjadi semakin cepat,
sehingga viskositas larutannya bertambah rendah, Sun-Ok Fernandez-Kim, (2004).
Hal ini juga dapat berakibat pada kenaikan laju interaksi rantai molekul
kitosan dengan molekul-molekul pereaksi lainnya, seperti asam lemak bebas,
Seung-Wook Seo, (2006). Sifat menonjol kitosan adalah kemampuan mengabsorpsi
lemak hingga 4-5 kali beratnya (Arisman, 2004).
Para ilmuan dari Departemen Teknologi
Hasil Perairan (THP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB telah melakukan
riset dan menemukan bahan alami pengganti formalin , seperti ikan asin. Beberapa
indikator parameter daya awet hasil pengujian antara lain :
1.
Dapat mengurangi jumlah lalat yang hinggap
(konsentrasi kitosan : 1,5%)
2.
Penampilan
ikan asin dengan coating kitosan lebih baik dibandingkan dengan ikan asin
kontrol tanpa formalin dan dengan formalin.
3.
Dapat
menghambat pertumbuhan bakteri dimana nilai TPC (bakteri) sampai pada minggu
kedelapan pelapisan kitosan masih sesuai dengan SNI ikan asin, yakni 1 x 105
(100 ribu koloni/gram).
Hal inilah yang
menyebabkan daya simpan ikan asin dapat bertahan hingga tiga bulan (dengan
pemberian kitosan) dibanding dengan ikan asin yang menggunakan penggaraman
biasa yang hanya bias bertahan 2 bulan saja.
C. Pembentukan Kitosan
Pengolahan
kitin menjadi kitosan dari bahan baku limbah ikan juga telah dikembangkan oleh
Sum–Ok Fernandez-Kim (2004). Dilaporkan produk kitosan dapat mengalami
depolimerisasi dan perubahan warna bila terpapar ozone (Seung-Wook Seo, 2006).
Kitosan merupakan modifikasi dari senyawa kitin yang terdapat pada kulit luar
hewan golongan Crustaceae seperti udang dan kepiting. Memakan udang rebus yang
kulitnya masih melekat lebih dianjurkan Karena kitosan dalam kulit udang
dianggap sebagai bahan anti-klesterol (Sandjaja, 2009). Kulit udang mengandung
kitin 10-60% dari berat keringnya. Pasar utama kitin di dunia adalah Jepang,
Amerika Serikat, Inggris dan Jerman (Amri, 2003).
D. Aplikasi Kitosan
Sekarang
ini, banyak ahli-ahli menggunakan kitosan dengan nano teknologi, Lu-E Shi dan
Zhen-Xing Tang untuk menyiapkan Nanokitosan-partikel menambahkan larutan
tripoliposfat kedalam larutan kitosan sehingga diperoleh emulsi kitosan sambil
distirer dengan kecepatan 1200 rpm kemudian emulsi dibuat dengan menambahkan
asam asetat hasilnya akan berupa suspensi kitosan.(E Shi Lu , 2008). Kitosan
dapat juga digunakan dalam penyerapan asam lemak bebas dalam minyak goreng. Kitosan
dan turunannya telah banyak dimanfaatkan secara komersial dalam industri pangan,
kosmetika, pertanian, farmasi, pengolahan limbah dan penjernihan air.
Beberapa contoh aplikasi kitin dan
kitosan dalam bidang nutrisi (suplemen dan sumber serat), pangan
(nutraceutical, flavor, pembentuk tekstur, emulsifier, penjernih minuman, medis
(mengobati luka, contact lens, membrane untuk dialysis darah, antitumor),
kesehatan kulit dan rambut (krim pelembab, hair care product), lingkungan dan
pertanian (penejernih air, menyimpan benih, fertilizer dan fungisida),
lain-lain (proses finishing kertas, menyerap warna pada produk cat, dsb). Karena
banyaknya fungsi yang dapat dilakukan, harga kitosan saat ini mencapai $1000
per ton (Suhartono, 2006).
E.
Manfaat Kitosan
Manfaat kitosan pada berbagai bidang
kesehatan antara lain: pelepasan obat, rekayasa jaringan, pengawet makanan,
imobilisasi bikatalis dan sebagainya, (Aranaz dkk, 2010). Bukan hanya itu saja,
kitosan juga meningkatkan cita rasa makanan. Ketika dipanaskan, kitin
menghasilkan pirazine sebagai penambah cita rasa. Cangkang kepala udang
mengandung 20-30% senyawa kitin. Kandungan lain adalah protein yang mencapai
21% dan mineral 40-50%.
Kegunaan
kitosan dalam bidang kesehatan dikarenakan kitosan merupakan polimer alami yang
mampu menghambat penyerapan lemak dan kolesterol tubuh, karena itu sekarang
banyak produk kitosan kapsul yang dapat menyerap lemak, kolesterol, dan
menurunkan berat badan (Dunn et al. 1977; Shahidi et al 1999).
Seperti kita ketahui limbah industry
dapat mengganggu kesehatan misalnya, limbah yang mengandung logam-logam berat
seperti ion tembaga (Cu2+). Pestisida yang mengandung tembaga (Cu)
dapat diserap oleh tanaman dan masuk ke dalam rantai makanan. Bila logam
tembaga dalam dosis tinggi dapat menyebabkan penyakit, seperti : ginjal, hati,
muntaber, pasing kepala, lemah, anemia, kram, shock, coma dan dalam kadar
berlebihan dapat menyebabkan kematian (Robert, 1978). Kitosan sapat digunakan
sebagai penyerap logam. Kemampuan kitosan untuk menyerap logam dengan cara
pengkhelatan yang mana ini dipengaruhi oleh kandungan Nitrogen yang tinggi pada
rantai polimernya. Metode penyerapan logam oleh kitosan dapat dilakukan oleh
dua cara yaitu : melalui metode pelarut dan metode perendaman.
DAFTAR PUSTAKA
Anggarani,
Deri Rizki dan Subakti, Yazid. 2011. Super
Komplit Menu Sehari-hari Sepanjang Masa. Wahyu
Media. Jakarta.
Amri,
Khairul. 2003. Budi Daya Udang Windu. PT
Agro Media Pustaka. Jakarta.
Aranaz,
R. Harris , and A. Heras. 2010. Chitosan
Amphiphilic Derivats, Chemistry and Applications. Current Organic Chemistry, Vol. 14, No.3, Madrid, Spain.
Arisman. 2004. Gizi
dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Dunn, ET., EW.
Grandmaison dan MFA, Goosen. 1977. Applications
and propertiesof chitosan dalam MFA.
Goosen (ed). Applications of Chitin and Chitosan. Technomic Pub, Basel, p 3-30.
E Shi, Lu and
Zhen-Xing Tang. 2008. Adsorbsi of
Nuclease P1 on Chitosan Nano-Particel,
Research Report. Hangzhou Normal University, Zhejiang. China.
Fernandez
and Kim,S. O. 2004. Physicochemical and
Functional Properties of Crawfish Chitosanas Effected
by Different Processing Protocol. Thesis, The Departement of Food Science,
Seoul National University. Pp.6-8 ;
28-29. http://etd.lsu.edu/docs/available/etd11102004134343/unrestricted/ Fernandez
Kim_thesis.pdf
Knorr,
Dietrich. 1982. Functional Properties of
Chitin and Chitosan. Journal of Food Chemistry, Vol. 47.
Kanauchi
O, K Deuchi., Y, Imasato, and E, Kobayashi. 1994. Increasing Effect of A Chitosan and Ascorbic
Acid Mixture on Fecal Dietary Fat Excretion. Biotech Biochem, 58 (9)
1617-1620.
Khan
T, A and Kok Khiang Peh. 2011. Influence
of Chitosan Moleculer Weight on its Physical Properties,
Research Report. University of Science Malaysia, 11800 Penang. Malaysia.
Muzzarelli,
R.A.A. 1996. Chitosan – Based Dietary
Foods. Carbohydrate Polymers, 29 : 309 – 316.
Seung-Wook Seo. 2006. Depolymerization and Decolorization of Chitosan by Ozone Treatment.
A Master Science Thesis, The Department Of Food Science. Louisiana
State University. USA.
Ramayulis,
Rita dan Lesmana, Lilis Christine. 2008. 17
Alternatif Untuk Langsing. Penebar Swadaya. Jakarta.
Robert,
G. A. F,. 1978. Chitin Chemistry.
Notthingham Politechnic. Mc Milan.
Sandjaja, Atmarita. 2009. Kamus
Gizi : Pelengkap Kesehatan Keluarga. PT Kompas Media Nusantara. Jakarta.
Shahidi F., Arachchi JKV., and Jeon Y-J. 1999. Food Applications of Chitin andChitosans.
Trends in Food Science and
Technology 10 : 37- Slepecky, R. A. and H. E.Hemphill. 1999. The genus Bacillius-nonmedical the prokaryotes. In Balows, A. (ed). The Procaryotes, 2nd. Edn Chapter 76, pp. 1663-1696. Springer Verlag. NY.
Suhartono, Maggy Thenawidjaja. 2006. Pemanfaatan kitin, kitosan dan kitooligosakarida. Foodreview Indonesia Edisi Juli 2006.
Sun-Ok, Fernandez-Kim. 2004. Physicochemical
and Functional Properties of Crawfish Chitosan as Affected By Different Processing Protocols, A Master of
Science Thesis. The Departement of Food
Science, Louisiana State University. USA.
Tiyaboonchai,
W. 2003. Chitosan nanoparticles: A
Promising System for Drug Delivery. Naresuan Univ. J., 11(3),51-66.
SPESIFIKASI KATFLOC® RAW & WASTE WATER TREATMENT PRODUCT
BalasHapusKatfloc® merupakan seri produk koagulan (organic dan anorganik) dan flokulan (anionic, nonionic dan kationik) yang efektif untuk menjernihkan air sungai, danau , sumur maupun air limbah.
Dengan dukungan tenaga ahli yang kompeten serta fasilitas laboratorium kimia yang lengkap, kami menawarkan system pengolahan air yang efisien.
Isi 30 liter
Untuk informasi lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di
Mobile:081310849918(Tommy,)
Email : Tommy.transcal@gmail.com