MAKALAH
ANALISIS PANGAN
"Serat
Kasar (Crude Fiber)"
Disusun
oleh :
Kelompok
1
M. Hanif
|
12301
|
Reni Eka
|
13120
|
Atikah Nur Farida
|
13133
|
Wirdatul Auliya A.
|
13138
|
Hera Nurlita Putri
|
13316
|
Ibnu Luthfiandi P.
|
13373
|
Nadia Aulia
|
13496
|
Julia Setiawati W
|
13515
|
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan
rahmat- Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Serat Kasar (Crude Fiber)”guna memenuhi tugas praktikum Analisis Pangan.
Penulisan makalah ini disusun berdasarkan prinsip-prinsip yang
telah diberikan. Makalah ini berisi tentang metode yang dapat digunakan dalam
menentukan kadar serat kasar pada makanan. Dalam penyusunan makalah ini, kami
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman dan segenap asisten Analisis Pangan
yang telah membantu demi kelancaran dalam pembuatan makalah ini.
Makalah yang kami susun ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini bisa
bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 17 Maret 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Serat adalah
bagian dari tanaman yang tidak dapat diserap oleh tubuh. Serat adalah zat non
gizi, ada dua jenis serat yaitu serat makanan (dietary fiber) dan serat kasar (crude fiber). Peran utama dari serat
dalam makanan adalah pada kemampuannya mengikat air, selulosa dan pektin. Adanya
serat membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan untuk
disekresikan keluar. Tanpa bantuan serat, feses dengan kandungan air rendah
akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami kesukaran melalui usus
untuk dapat diekskresikan keluar karena gerakan-gerakan peristaltik usus besar
menjadi lebih lamban. Istilah dari serat makanan (dietary fiber) harus dibedakan dengan istilah serat kasar (crude fiber) yang biasa digunakan dalam analisis
proksimat bahan pangan.
Komponen serat kasar yang terbesar adalah polisakarida
dan disebut sebagai selulosa. Dietary
fiber adalah suatu bahan yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan
manusia. Serat yang terlarut terdapat pada buah, sayur, jenis kacang-kacangan
dan biji-bijian. Serat tersebut terlarut dan membentuk gel dalam air. Bentukan
gel ini dalam saluran pencernaan menyebabkan kecepatan melambat dalam mendorong
komponen makanan ke usus. Dalam keadaan ini dapat meningkatkan absorbsi zat
gizi. Serat yang terlarut mempunyai efek menurunkan kolesterol, karena serat
merangsang ekskresi asam empedu kedalam usus.
B.
Tujuan
1.
Mengetahui metode yang dapat digunakan untuk pengujian serat kasar.
2.
Mengetahui prinsip pengujian serat kasar dari berbagai metode.
3.
Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari setiap metode.
C.
Manfaat
1.
Memahami metode yang dapat digunakan untuk pengujian serat kasar.
2.
Memahami prinsip pengujian dari setiap metode yang digunakan.
3.
Memahami kelebihan dan kekurangan setiap metode yang digunakan.
4.
Memahami manfaat serat dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Serat kasar adalah bagian
dari pangan yang tidak dapat terhidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan
untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (HSO4 1,25%) dan
natrium hidroksida (NaOH 1,25%). Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan
didefinisikan sebagai fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam
sulfat standar dan sodium hidroksida pada kondisi yang terkontrol. Pengukuran
serat kasar dapat dilakukan dengan menghilangkan semua bahan yang larut
dalam asam dengan pendidihan dalam asam sulfat (Hunter, 2002).
Bahan makanan yang mengandung banyak
serat kasar lebih tinggi kecernaannya dibanding bahan makanan yang lebih banyak
mengandung bahan ekstrak tanpa nitrogen (Arif, 2006). Prinsipnya komponen
dalam suatu bahan yang tidak dapat larut dalam pemasakan dengan asam encer dan
basa encer selama 30 menit adalah serat kasar dan abu sebagaimana
pendapat Allend (1982) yang menyatakan bahwa serat kasar adalah karbohidrat
yang tidak larut setelah dimasak berturut-turut dalam larutan asam sulfat dan
NaOH. Untuk mendapatkan nilai serat kasar, maka bagian yang tidak larut
tersebut (residu) dibakar sesuai dengan prosedur analisis abu. Selisih antara
residu dengan abu adalah serat kasar (Ridwan, 2002).
Langkah pertama metode pengukuran
kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang terlarut dalam asam
dengan pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan
dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut adalah
serat kasar (Soejono, 1990).
BAB
III
METODOLOGI
Penyusunan makalah ini diperoleh
dari beberapa sumber seperti buku, internet
dan jurnal. Dari sumber pustaka tersebut diperoleh pengertian, jenis dan fungsi
utama, manfaat, dampak positif negatif mengenai metode pengujian serat kasar
pada berbagai makanan serat dan memahami prinsip dan analisis serat kasar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Serat kasar adalah bagian dari
pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh asam atau basa kuat, bahan-bahan
kimia yang digunakan untuk menentukan
kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH 3,25%).
Metode uji kualitatif yang biasa dipakai untuk menguji serat kasar adalah
dengan pereaksi Schweltzar (kupra– ammonium – hidroksida), karena
selulosa adalah suatu zat yang berwarna putih dan tidak larut dalam hampir
semua pelarut.
Analisis serat kasar dapat dilakukan dengan metode menurut
SNI 01-2981-1992 dan metode Gravimetri. Metode tersebut sebagai berikut :
a)
Menurut SNI 01-2891-1992
Prinsip : Ekstraksi contoh dengan asam dan basa
untuk
memisahkan serat kasar dari bahan lain.
Alat : 1.
Neraca analitik
2. Spatula
3.
Labu ukur 100 mL
4.
Corong Buchner
5.
Pipet tetes
6.
Gelas ukur
7.
Erlenmeyer
8.
Kondensor
9.
Oven
10.
Hotplate
11.
Pompa vakum
12.
Desikator
Bahan : 1. H2SO4 1,25 %
2.
NaOH 3,25 %
3.
Kertas saring Whatman
4.
Aquadest
5.
Etanol 96 %
Pada analisis penentuan serat kasar diperhitungkan banyaknya
zat-zat yang tidak larut dalam asam encer atau basa encer dengan kondisi
tertentu. Penentuan dengan metode ini dibagi menjadi 3 tahapan besar yaitu deffeating, digestion, dan penyaringan. Menurut Sudarmadji, dkk. (1989), langkah-
langkah dalam analisis adalah sebagai berikut:
·
Deffating, yaitu menghilangkan lemak yang
terkandung dalam sample menggunakan pelarut lemak.
·
Digestion, terdiri dari dua tahapan yaitu
pelarutan dengan asam dan pelarutan dengan basa. Kedua macam proses digesti ini dilakukan dalam keadaan
tertutup pada suhu terkontrol (mendidih) dan sedapat mungkin dihilangkan dari
pengaruh luar.
·
Penyaringan,
harus segera dilakukan setelah digestion
selesai karena penundaan penyaringan dapat mengakibatkan lebih rendahnya hasil
analisis karena terjadi perusakan serat lebih lanjut oleh bahan kimia yang dipakai. Untuk bahan yang mengandung
banyak protein sering mengalami kesulitan dalam penyaringan, maka sebaiknya
dilakukan digesti pendahuluan dengan menggunakan enzim.
Cara Kerja:
1. Timbang
dengan seksama 2-4 gram cuplikan, bebaskan lemaknya dengan cara ekstraksi
dengan cara soxlet atau dengan cara mengaduk, mengenaptuangkan contoh dalam
pelarut organic sebanyak 3 kali. Keringkan contoh dan masukkan ke dalam
Erlenmeyer 500 mL.
2. Tambahkan
50 mL larutan H2SO4 1,25 %, kemudian didihkan selama
30 menit dengan menggunakan pendingin tegak.
3. Tambahkan
50 mL NaOH 3,25 % dan didihkan lagi selama 30 menit.
4. Dalam
keadaan panas saring dengan corong Buchner yang berisi kertas saring tak berabu
Whatman 54, 41, atau 541 yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya.
5. Cuci
endapan yang terdapat pada kertas saring berturut-turut dengan H2SO4
1,25% panas, air panas dan etanol 96 %
6. Angkat
kertas saring beserta isinya, masukkan kedalam kotak timbang yang telah
diketahui bobotnya, keringkan pada suhu 105°C dinginkan dan timbang sampai
bobot tetap.
7. Bila
ternyata serat kasar lebih besar 1 % , abukan kertas saring beserta isinya,
timbang sampai bobot tetap.
Kelebihan:
·
Dapat
menentukan indeks dan nilai gizi bahan makanan tersebut.
·
Untuk
menentukan kemurnian bahan baku efisiensi suatu proses.
Kekurangan:
·
Penundaan
penyaringan udara dapat mengakibatkan lebih rendahnya hasil analisis.
·
Sering
mengalami kesulitan dalam penyaringan, maka sebagian dilakukan dengan enzim
proteolitik.
b) Metode Gravimetri
Cara
Kerja:
1. Ditimbang
4 gram bahan kering, dimasukkan ke dalam thimble (kertas saring pembungkus)
kemudian dimasukkan ke dalam alat soxhlet.
2. Dipasang
pendingin balik pada alat soklet, kemudian dihubungkan dengan labu alas bulat
250 ml yang telah berisi 100 ml n-heksan, selanjutnya dialirkan air sebagai
pendingin. Ekstraksi dilakukan lebih kurang selama 4 jam, sampai pelarut yang
turun kembali ke dalam labu alas bulat berwarna jernih.
3. Kemudian
dikeringkan di oven pada suhu 50°C sampai berat konstan. Dipindahkan ke dalam
erlenmeyer 500 ml, ditambahkan 200 ml larutan H2SO4 0,2 N
dihubungkan dengan pendingin balik, dididihkan selama 30 menit.
4. Disaring
dan dicuci residu dalam kertas saring dengan akuades panas (suhu 80-90oC)
sampai air cucian tidak bersifat asam lagi (diperiksa dengan indikator
universal).
5. Dipindahkan
residu ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan larutan NaOH 0,3 N sebanyak
200 ml.
6. Dihubungkan
dengan pendingin balik, dididihkan selama 30 menit.
7. Disaring
dengan kertas saring kering yang diketahui beratnya, residu dicuci dengan 25 ml
larutan K2SO4 10%.
8. Dicuci
lagi residu dengan 15 ml akuades panas (suhu 80-90oC), kemudian
dengan 15 ml alkohol 95%.
9. Dikeringkan
kertas saring dengan isinya dalam oven pada suhu 105oC, didinginkan
dalam desikator dan ditimbang sampai berat konstan (Sudarmadji, dkk., 1984).
Kelebihan:
·
Pengotor dalam sampel dapat diketahui.
·
Mudah dilakukan.
·
Hasil analisis spesifik dan akurat.
·
Presisi dan sensitive.
Kekurangan:
·
Membutuhkan waktu yang lama dalam proses
penentuan.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Ada
beberapa metode analisis serat kasar, antara lain metode menurut SNI
01-2891-1992 dan dengan metode Gravimetri.
·
Prinsip dari metode SNI 01-2891-1992 adalah contoh dengan asam dan basa untuk
memisahkan serat kasar dari bahan lain sedangkan prinsip metode gravimetri
yaitu dengan perbandingan berat sampel.
·
Metode
SNI 01-2891-1992 memiliki kelebihan dapat menentukan nilai gizi bahan makanan
tersebut dan untuk menentukan kemurnian bahan baku efisiensi suatu proses,
sedangkan kekurangannya yaitu penundaan penyaringan udara dapat mengakibatkan
lebih rendahnya hasil analisis, sering mengalami kesulitan dalam penyaringan,
maka sebagian dilakukan dengan enzim proteolitik. Metode gravimetri memiliki
kelebihan yaitu pengotor dalam sampel dapat diketahui, mudah dilakukan, hasil
analisis spesifik dan akurat, presisi dan sensitif. Kekurangannya ialah
membutuhkan waktu yang lama dalam proses penentuan.
B.
Saran
Diharapkan
untuk pengujian serat kasar juga dapat dipraktikumkan agar praktikan bisa
lebih memahami metode-metode pengujian serat kasar secara langsung.
C.
Hasil Diskusi
- Pada saat proses digestion dikatakan bahwa sedapat mungkin
dihilangan dari pengaruh luar. Bagaimana caranya ? Kemudian apabila tidak
segera dilakukan penyaringan maka akan memperkecil hasil analisa.
Mengapa demikian?
·
Cara untuk memperkecil pengaruh dari
luar pada percobaan ini dilakukan dengan perlakuan dalam keadaan tertutup dan
pada suhu terkntrol. Kemudian apabia
tidak segera dilakukan penyaringan maka dapat memperkecil hasil analisa karena
terjadinya perusakan lebih lanjut oleh bahan kimia yang dipakai sehingga hasil
analisanya dapat berubah .
- Apakah fungsi penambahan larutan NaOH dan berapa volume yang
dipakai ?
·
Fungsi larutan NaOH adalah sebagai basa
yang akan menghidrolisis kandungan dalam sampel kecuali serat kasar. Karena
serat kasar adalah bagian dari
pangan yang tidak dapat terhidrolisis oleh bahan-bahan
kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar, yaitu asam
sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH 1,25%).
·
Volume yang digunakan adalah 200 ml.
- Apa perbedaan antara selulosa, hemiselulosa, dan pekin?
·
Perbedaan hemiselulosa dengan selulosa
yaitu hemiselulosa mudah larut dalam alkali tapi sukar larut dalam asam, sedang
selulosa adalah sebaliknya. Hemiselulosa juga bukan merupakan serat-serat
panjang seperti selulosa. Hasil hidrolisis selulosa akan menghasilkan
D-glukosa, sedangkan hasil hidrolisis hemiselulosa akan menghasilkan D-xilosa
dan monosakarida lainnya
4.
Apa yang dimaksud degan “ keripik
simulasi” ?
·
Keripik simulasi merupakan salah satu
upaya untuk memperbaiki kualitas keripik. Hal ini dikarenakan pada saat
pembuatan adonan dapat dilakukan penambahan bahan yang dapat meningkatkan
kandungan gizi keripik. Keripik simulasi adalah keripik yang dibuat dengan
bahan baku tepung. Proses pembuatannya meliputi: pengadonan tepung, pembuatan
lembaran tipis, pencetakan bentuk yang diinginkan, dan digoreng (Rosida dan
Purwanti, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Buckle. 1985. Ilmu Pangan. UI Press.
Jakarta.
Piliang, W. G dan S. Djojosoebagio. 1996. Fisiologi
Nutrisi: Edisi Kedua UI-Press. Jakarta.
________________________. 2002 Fisiologi
Nutrisi: Edisi Keempat. IPB Press. Bogor.
Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium
Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Sudarmadji,
S., Haryono, B., dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisis untuk Bahan Makanan dan
Pertanian.Edisi ketiga. Yogyakarta: Liberty. Hal. 38.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S.
Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosukojo. 1991. Ilmu Makanan
Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Pengertian metodenya ada gak
BalasHapus